Jurnalisme
adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui
koran dan majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan
internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.
Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup medium yang sangat luas (termasuk
juga radio, televisi, internet bahkan bioskop), medium dasar dari jurnalisme
adalah suratkabar. Wartawan pada umumnya mengadopsi metode dan prinsip
jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.
Jurnalisme
online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet
sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya. Selama
ini sadar atau tidak kita hanya memahami online dalam artian ditampilkan di
sebuah situs web. Padahal ‘online’ mencakup berbagai tempat perkara (venue):
web, email, bulletin board system (BBS), IRC, dan lainnya. Tapi tentu bukan
tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online saat ini diselenggarakan di
web.
Dari sekian venue di Internet, web merupakan venue yang memungkinkan
penyelenggara jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang
sangat kaya dengan cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada
venue lain yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di
Internet.
Jurnalisme online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah
dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil
venue yang berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas
sebuah media baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format,
isi, maupun mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna atau
pembacanya.
Jurnalisme
online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan
cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica
Lewinsky atau yang sering disebut monicagate. Ketika itu Drugle berbekal sebuah
laptop dan modern, menyiarkan berita tentang monicagate melalui internet. Semua
orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita monicagate.
Sedangkan
di Indonesia, Jurnalisme Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya
pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news
menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus
keinginan membentuk berbagai jurnalisme online.
Detik.com
barangkali merupakan media online Indonesia pertama yang di garap secara
serius. Tidak heran karena pendirinya kebanyakan dari media, Budiono Darsono
(eks wartawan Detik), Yayan Sopyan (eks wartawan Detik), Abdul Rahman
(mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Server
detik.com sebetulnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online
dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Jadi tanggal 9 Juli ditetapkan sebagai
hari lahir Detik.com.
Detik.com
yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian,
mingguan, bulanan. Yang dijual detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu
pada tampilan apa adanya detik.com menjadi media jurnalisme online pertama yang
melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna
internet Indonesia.
Masa
awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan
teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai
membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan
olahraga.
Media
online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan ragam berita, selain
itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi internet. Seiring
berjalannya waktu, media online mulai bermunculan seperti astaga.com, satunet.com,
suratkabar.com, berpolitik.com, dan ok-zone.com. Dengan lahirnya media online
maka media cetakpun tidak mau kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media
online seperti kompas.com, temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com,
klik-galamedia.com, dan masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru
berkembangnya teknologi yang telah melahirkan jurnalisme online.
2.2. Karakteristik Jurnalisme Online
Karakteristik jurnalisme online yang
paling terasa meski belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun
pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit
online bisa menerbitkan maupun mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat
saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme tradisional,
namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan
cepat.
Beberapa
karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional”
(cetak/elektronik) adalah sebagai berikut:
- Real Time
Karakteristik
jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time. Berita,
kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat
kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis
media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
- Penerbit
Namun
dari sisi penerbit sendiri, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa
tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran:
kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka ia
mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang
memungkinkan para pengguna atau pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai
perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
- Unsur-unsur Multimedia
Menyertakan
unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang
membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih
kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama
sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
- Interaktif
Selain
itu, jurnalisme online dapat dengan mudah bersifat interaktif. Dengan
memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online
dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini
berarti, pengguna atau pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan
efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik
pandang yang lebih luas, bahkan sama sekali berbeda.
- Tidak membutuhkan organisasi resmi
Berikut
legal formalnya sebagai lembaga pers, bahkan dalam konteks tertentu organisasi
tersebut dapat dihilangkan.
Interaktivitas jurnalisme online tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan
teknologi Internet dalam menyediakan hyperlink. Teknologi Internet juga membuka
peluang kepada para jurnalis online untuk menyediakan features yang
memungkinkan sajiannya bersifat customized, tersaji sesuai dengan preferensi
masing-masing pengguna atau pembacanya; yang memungkinkan para pengguna atau
pembaca berinteraksi dengan lebih cepat, lebih sering, lebih intens dengan
sesama pengguna atau pembaca, narasumber, bahan-bahan berita, dan jurnalisnya
sendiri. Ujung-ujungnya, jurnalisme online mampu membangun hubungan yang
partisipatif dengan pemirsanya.
Dari
karakteristik-karakteristik diatas tersirat bahwa jurnalisme online membutuhkan
penanganan yang berbeda dalam penyelenggaraannya dan dinikmati dengan cara yang
berbeda oleh para pengguna atau pemirsanya ketimbang jurnalisme tradisional.
Dalam jurnalisme tradisional, tata-tutur informasi misalnya, disajikan secara
linear kepada para pembaca atau pemirsanya. Pemirsa atau pembaca jurnalisme
tradisional tidak bisa tidak harus mengikuti urut-urutan informasi yang telah
ditentukan sebelumnya oleh penerbitnya: Dari kisah satu ke kisah kedua lalu ke
kisah ketiga dan seterusnya tanpa bisa melakukan lompatan.
Tapi dalam jurnalisme online, tata-tutur informasi dapat disajikan sedemikian
rupa secara non-linear untuk mengakomodasi ‘kebebasan’ pengguna atau
pemirsanya: Anda dapat mulai menikmati publikasi online dari kisah terakhir
lalu melompat ke kisah sebelumnya atau ke kisah yang pernah dipublikasi sekian
tahun sebelumnya, bahkan ke sumber informasi yang sama sekali lain di tengah-tengah
proses penikmatan informasi.
Apa yang disebut ‘kebebasan memilih’ dalam media online, sebetulnya bukanlah
sebuah kebebasan pilihan yang sejati melainkan ilusi memilih; sebab pada
dasarnya jurnalis atau penerbit online telah terlebih dahulu menentukan
opsi-opsinya (dalam prakteknya dapat berupa rujukan dengan menggunakan
hyperlink). Inilah salah satu aspek yang membuat jurnalisme online dapat
menyajikan informasi lebih kaya ketimbang jurnalisme tradisional.
Sementara itu, misal yang lain, tampilan akhir dari produk jurnalisme
tradisional lebih banyak ditentukan oleh rancangan dan bahan yang disediakan
oleh penerbitnya; sedangkan pada produk jurnalisme online, perlengkapan
(device) dan preferensi yang diset dan dimiliki oleh penggunalah yang banyak
menentukan tampilan akhir produk sehingga bisa jadi tampilan produk akhir
jurnalisme online berbeda-beda di depan masing-masing pengguna atau pemirsanya.
Dan
sampai saat ini, secara fisik, ukuran-ukuran device yang tersedia untuk mengakses
informasi ke berbagai tempat. Anda dapat menikmati novel atau koran sambil
tiduran, menonton berita TV sambil tidur-tiduran di karpet, atau mendengarkan
talk show dari sebuah stasiun radio sambil jalan-jalan dengan pesawat walkman
di saku anda. Itu semua, pada saat ini, tak dapat dilakukan ketika pemirsa
karya jurnalistik online: orang harus duduk di depan komputer atau membaca teks
di layar sempit pesawat selular maupun PDA (personal Data Assistant) yang
mampu-WAP. Meski bukan tidak mungkin di masa depan akan ditemukan device baru
yang akan memberikan kenyaman yang lebih baik untuk pemirsa informasi secara
online.
Di luar device pengguna, jurnalisme online seperti halnya bentuk-bentuk
komunikasi lain yang memanfaatkan media digital online, berhadapan dengan
kondisi infrastruktur yang tersedia dalam jaringan komputer. Besarnya
bandwidth, routing dan kualitas media jaringan komputer juga merupakan variable
yang menentukan kualitas komunikasi antara device pengguna dengan device
penerbit. Di samping sosiologi pengguna sasaran, faktor-faktor yang disebut di
atas merupakan beberapa variable yang harus diperhitungkan dalam mendesain
format tampilan maupun isi serta arsitektur informasi yang akan disajikan.
2.3. Hubungan Jurnalisme Online dengan Jurnalisme
Konvensional
Jurnalisme
online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai
perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau
pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga
berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Keberadannya tidak bisa dikatakan sebagai media yang berlawanan atau saling
berkompetisi, namun juga sebagai media yang dapat saling melengkapi dalam
kegiatan jurnalistik atau dalam dunia jurnalisme.
Kehadiran
kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni
berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang
penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan
adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut
terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling
berkompetisi atau bersaing. Sebagai pengonsumsi media atau berita sebaiknya
dapat memilih saluran yang benar-benar dianggap efektif serta dapat memberikan
kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu tersebut.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Jurnalisme Online
Keunggulan
jurnalisme online dibandingkan jurnalisme konvensional (cetak atau elektronik)
antara lain:
- Kapasitas luas halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
- Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
- Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
- Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
- Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
- Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
- Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
- Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb.
- Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
- Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.
Kekurangan
Media Online:
- Tidak ada ukuran pasti tentang siapa penerbit berita online, sehingga dapat diklaim oleh beberapa pihak.
- Adanya kecenderungan mudah lelah saat membaca sajian di berita-berita online yang panjang.
- Banyak terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan dalam proses penulisan.
- Berpotensi mengakibatkan cyber crime (kejahatan dunia maya) seperti penculikan, penipuan, dan berbagai tindak criminal lainnya.
- Menurunnya minat baca di perpustakaan akibat lebih praktisnya media online.
- Meningkatkan plagiat akibat mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online.
- Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
Kelebihan
jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism.
Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway
Pulblishers,2005):
- Audience Control
Jurnalisme
Online memungkinkan audiens untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang
ingin didapatkannya.
- Nonlinearity
Jurnalisme
Online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri
sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami berita
tersebut.
- Storage and Retrival
Online
jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali secara mudah oleh
audiens.
- Unlimited Space
Jurnalisme
online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan atau ditayangkan kepada
audiens dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
- Multimedia Capability
Jurnalisme
online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar,
video dan komponen lainnya didalam berita yang akan diterima oleh audiens.
- Interactivity
Jurnalisme
online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audiens dalam setiap berita.
2.5. Kode Etik Jurnalisme Online
Nicholas
Johnson mantan Komisioner Komisi Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis
buku How to Talk Back to Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa
College of Law (AS), memberikan catatan hal-hal mendasar tentang kode etik
dalam penulisan jurnalistik online :
- Dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi seseorang.
- Dilarang menyebarkan kebencian, rasialis, dan mempertentangkan ajaran agama.
- Larangan menyebarkan hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum, dan perundungan seksual terhadap anak-anak.
- Dilarang menerapkan kecurangan dan tidak jujur, termasuk menyampaikan promosi atau iklan palsu.
- Larangan melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intelectual Property Right/IPR).
Sementara
itu, Cuny Graduate School of Journalism yang didukung Knight Foundation melalui
halamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi
cyber journalist termasuk kalangan citizen journalist dan blogger supaya
terhindar dari masalah hukum, yakni:
- Periksa dan periksa ulang fakta,
- Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
- Perhatikan kaidah hukum
- Pertimbangkan setiap pendapat,
- Utarakan rahasia secara selektif,
- Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
- Pelajari batas daya ingat,
- Jangan lakukan pelecehan,
- Hindari konflik kepentingan,
- Peduli nasehat hukum.
2.6. Prinsip Dasar dalam Jurnalisme Online
Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga
dikumandangkan oleh Poynter (http://www.poynter.org) salah satu organisasi di
AS yang menjadi acuan kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka
wacana untuk perkembangan cyberjournaslism dengan melibatkan kalangan pakar dan
praktisi multimedia massa sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan
cyberjournalist untuk menelaah perkembangan internet lantaran secara langsung
mempengaruhi perilaku dan aturan main di abad digital.
Selain itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan
kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan
multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang
seimbang dengan kapasitas akurasinya.
Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan
organisasi multimedia massa adalah sebagai berikut :
- Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus menjaga kredibilitas.
- Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dalam organisasi multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis internet.
- Riset Pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting dalam menentukan arah kebijakan atau panduan mengembangkan bisnis isi berita (content), dan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan pelayanan informasi ke publik.
- Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi berbagai model promosi atau iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa.
Sementara
itu, Paul Bradshaw dari Online Journalis Blog menyatakan prinsip jurnalisme
online sebagai berikut:
- Brevity (Ringkas)
Tulisan
jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun tulisan
yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah
dibaca dan dipahami.
- Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan
teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal
tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus
mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus
beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
- Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian
besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh
sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari informasi
utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka menavigasi teks
pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak betah berlama-lama
melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata pertama sebagai judul
untuk menarik perhatian pembaca.
- Interactivity (interaktif)
Memberikan
keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai
kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader)
menjadi pengguna (user).
- Community and Conversation
Beberapa
tahun yang lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh
pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan
sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin
bersikap pasif dalam menggunakan konten online.
2.7. Bahasa Penulisan Jurnalisme Online
Sebagai
media massa, media internet “harus” menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam
sistem kerja mereka, termasuk dalam penggunaan bahasa jurnalistik dan kaidah
bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan antara bahasa jurnalistik cetak dan
jurnalistik internet karena sama-sama “komunikasi tulisan” atau “bahasa tulis”.
Dengan
demikian, karakteristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak
(suratkabar, majalah, buletin, dan lain-lain), antara lain hemat kata, ringkas,
padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipahami,
juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah soal tampilan atau
mediumnya. Jurnalistik atau media internet bersifat virtual sedangkan sajian
jurnalistik atau media cetak itu tercetak (printed media).
Informal dan interaktif. Itulah ciri khas tulisan di website atau media online.
“Penulis online dapat berkomunikasi dengan pembaca mereka dalam bentuk yang
lebih variatif dari tulisan tradisional,” kata Robert Niles dalam artikelnya, ”How
to write for the Web”, di situs The Online Journalism Review
(ojr.org).
”Gaya
tulisan demikian akan membuat pembaca Anda merasa nyaman membaca kata-kata
Anda,”kata Niles. ”Seperti yang mereka rasakan ketika berbicara dengan seorang
teman dekat.”
Nile
memberi resep buat para blogger. Katanya, tuliskan di blog Anda yang Anda
ketahui, termasuk pengalaman. “Bila Anda tidak tahu sesuatu, jangan takut
mengakuinya. “Blogger hebat memandang posting mereka sebagai komentar pertama
dalam sebuah percakapan, bukan kata akhir sebuah topik pembicaraan.”
Secara
umum, berikut ini resep Niles tentang cara menulis yang baik di website:
- Short
Ringkas,
the shorter the better.
- Active voice
Gunakan
kalimat aktif.
- Strong verbs
Pilih
kata kerja yang kuat.
- Contextual hyperlinking
Lengkapi
dengan tautan informasi terkait; memungkinkan pembaca memperkaya pengetahuan
dan informasi pendukung.
- Use formatting
Gunakan
variasi tampilan huruf atau kalimat, misalnya dengan menggunakan daftar (list),
header tebal, dan kutipan (blockquotes).
- Easy to read
Mudah
dibaca; jangan ada blok teks atau alinea yang lebih dari lima baris.
2.8. Jurnalisme Online dan Demokrasi
Era new
media mulai berkembang di dalam kehidupan kita. Berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan manfaatnya. Dengan hanya duduk diam
tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, kita bisa menjelajah dunia melalui
internet. Tak hanya itu, informasi yang pernah ditampilkan dalam media massa,
seperti televisi, radio, maupun media cetak pun juga bisa kita temui di
internet. Dibandingkan media massa yang lain, internet memiliki kelebihan daya
simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu mengenai masa lampau bisa kita
telusuri di internet.
Sisi
positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan oleh kebanyakan media massa
saat ini, mereka berlomba-lomba membuat versi online dari media mereka.
Dengan versi online, diharapkan audiens yang tidak sempat menikmati media massa
tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang merupakan sebuah keuntungan bagi kita,
namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah akan menggeser keberadaan media
konvensional lainnya.
Konvergensi
media yang saat ini banyak terjadi membuka peluang bagi masyarakat awam untuk
juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta bagi sesamanya. Dunia jurnalisme
online selalu tidak jauh-jauh dengan citizen journalism yang juga
merebak seiring perkembangan new media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi
seorang citizen journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun
juga perlu belajar, minimal dasar-dasar jurnalisme.
Indonesia
adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya era Orde Baru, lalu lintas
informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan dikuasai oleh pemerintah
semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa lagi didukung oleh
keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu dimana masyarakat bisa
turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet yang tak memiliki
penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan pendapat masyarakat
muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja pemerintah, bisa. Mau
berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau saling bertukar pikiran
juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah dengan jarak juga bisa.
Kebebasan
berekspresi dan berpendapat melalui internet dalam bentuk jurnalisme online,
memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Bagi masyarakat, Informasi
dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta menyebar ke mana pun, hal
semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa mengontrol informasi yang
beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya, Masyarakat bisa
lebih open minded dengan informasi-informasi yang ada, sedangkan hal
yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan yang dikhawatirkan
menentang para diktator.
Sepatutnya
kita bersyukur dengan sistem demokratis yang dianut oleh negara kita. Arus
informasi apa pun bisa kita nikmati, sekalipun yang menghujat pemerintah.
Jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, demokratisasi di
Indonesia dan kebebasan menggunakan internet jauh lebih unggul.
Bagi
beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet amat dibatasi. Negara
tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia. Internet dikhawatirkan
memiliki potensi politik yang menentang pemerintah, sehingga negara-negara
tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.
Arus
informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri bisa beragam. Ada yang
memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi keterbukaan informasi
publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang melakukan konvergensi media,
ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (citisen
journlism) demi membagikan gagasannya. Ketiganya saling berkesinambungan.
Ketika informasi dari media-media mainstream dirasa kurang memuaskan,
beberapa kelompok masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang
kebudayaan, keagamaan, sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan
mereka melalui cara lain.
Citizen
journalism yang muncul di internet juga bisa mencakup kritik terhadap
pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal tertentu yang orang awam
tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan hukum bisa ditentang
melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia maya. Hal ini sangat
berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan sepaham dengan
hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan keterbukaan
informasi.
Di
Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs radikal. Tifatul
Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) menjelaskan
bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut dibiarkan
akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut
menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun
akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.
Demokratisasi
dan jurnalisme online bisa saling bantu sekaligus saling menjatuhkan disaat
yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme online dan teknologi yang canggih saat
ini, masyarakat dimodernkan dan pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi
yang ditawarkan internet untuk pertukaran informasi antar banyak orang sudah
lebih maju daripada upaya-upaya penguasa untuk menjadikannya alat represi.
Menurut Leslie D. Simon dalam “Demokrasi dan Internet: Kawan atau
Lawan?” ia optimis bahwa internet dan informasi di dalamnya mampu membawa
hal positif sekalipun ada sensor. Saya sepakat akan hal ini. Jurnalisme online
yang ada dalam internet akan memberikan pengaruh positif bagi demokrasi sebuah
negara.
2.9. Migrasi Pemberitaan Media Online Versus Surat Kabar
Perjalanan
media saat ini mulai bergeser. Dibandingkan media cetak, saat ini perjalanan
media online sudah membuktikan keperkasaannya. Terbukti, dari beberapa kali
pendapatan iklan dan pembaca, media online telah melampaui surat kabar cetak.
Di
Indonesia, media-media online sudah memasuki tahap baru dalam dunia jurnalisme.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2010, media online sudah
mendapat hati bagi pembaca yang mayoritas membutuhkan percepatan informasi.
Migrasi
dari kertas (Koran) ke web (online) saat ini menunjukkan peningkatan yang
significant. Itu bisa jadi karena penerapan pada komputer tablet dan penyebaran
smartphone mendorong percepatan media online yang memang dikenal sangat loyal
terhadap pembaca.
Di
Indonesia, ada beberapa media online yang kini mencapai tingkat perkembangan
yang cukup pesat. Sebut saja Detikcom, Kapanlagi.com, Antaranews.com,
Kompas.com, JPNN.com, Inilah.com, Rakyatmerdeka.com, Vivanews.com, Mediaindonesia.com,
dan Lensaindonesia.com Yang lebih mengejutkan, rata-rata media online tersebut
merupakan penjelmaan dari surat kabar atau bahkan media elektronik yang
sebelumnya sudah ada. Seperti Kompas.com dengan koran Kompas, Rakyatmerdeka.com
dengan Koran Rakyat Merdeka, Mediaindonesia.com dengan koran Media Indonesia
dan Vivanews.com dengan jaringan televisi TVone dan Antv.
Perkembangan
online yang demikian pesatnya, menunjukkan jika surat kabar (saat ini) sedang
menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi, melainkan karena banyak orang yang
memilih membaca berita dan informasi melalui online dan (secara otomatis)
pemasang iklan mengikuti pola pembaca.
Pada
tahun 2010, koran-koran di Indonesia banyak yang melaporkan penurunan
pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang menikmati rebound
dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010 turun 46 persen
dalam empat tahun.
Sementara
di sisi lain, pendapatan iklan online mengalami peningkatan. Ini sebuah
tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak klien yang memilih belanja
melalui iklan online ini.
Sejak
itu pula, koran-koran juga telah merasakan dampak media online. Mereka
menderita. Terbukti, banyak media cetak yang memilih untuk menyusutkan staf,
termasuk reporter dan editor. Atau memintahkan mereka ke bagian lain, terutama
di bagian iklan untuk menguatkan posisi marketing.
Karena
itu tidak heran jika kemudian media-media cetak besar saat ini sudah (latah)
mulai menggunakan media online. Hal itu dikarenakan mereka tak ingin iklan dan
pembaca Koran menyusut.
Surat
kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. Namun
demikian, sepak terjang mereka sudah terlambat (terlanjur dibatasi). Mereka
selama ini boleh dibilang hanya mengekor media-media online yang sudah ada. Di
sisi lain mereka juga menggunakan online dengan tetap mengacu pada image
(penamaan) koran yang sudah ada.
Ini
tentu saja akan menjadi boomerang bagi mereka. Pasalnya, pembaca sudah bosan
dengan media tersebut. Sehingga mereka lebih memilih media-media online yang
memang mengawali dari bisnis online.
Jika
melihat perkembangan media online belakangan ini, baik dengan banyaknya
sistem-sistem yang berkembang maupun kualitas pemberitaan, tidak menutup
kemungkinan pada 2012 ini, media online bakal menggeser keberadaan media
konvensional seperti surat kabar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar